WahanaNews-NTB | PT PLN (Persero) melaporkan telah mencatat laba bersih sebesar Rp 14,4 triliun pada laporan keuangan 2022. Angka tersebut lebih tinggi 124% dibandingkan target yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 6,4 triliun.
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengatakan, pada 2022 berbagai perusahaan harus melewati tantangan yang cukup berat, seperti kenaikan harga minyak dan batu bara serta tingginya angka inflasi dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di tengah kondisi yang serba sulit tersebut, PLN justru mampu mencetak kinerja yang cemerlang.
Baca Juga:
Tips PLN Amankan Listrik Rumah Saat Mudik Lebaran 2025
"Secara umum saya mengapresiasi torehan kinerja PLN dengan indikator perolehan laba bersih Rp14,4 triliun, ini 124 persen di atas target, cukup impresif. Kita tahu pada tahun 2022 tantangan ekonomi global cukup berat artinya seluruh ujian tersebut dapat dilalui PLN cukup baik," kata Abra, Kamis (4/5/2023).
Abra melanjutkan, perolehan laba bersih tersebut juga menjadi indikator perbaikan layanan PLN atas penerapan digitalisasi yang masif di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo sebagai Direktur Utama. Digitalisasi layanan pelanggan melalui SuperApps New PLN Mobile telah membuat masyarakat semakin mudah dan cepat dalam mendapatkan layanan listrik.
"Saya pikir ini cukup relevan untuk mendorong peningkatan pelayanan masyarakat sehingga berpengaruh pada penjualan listrik dan pendapatan perusahaan," tutur Abra.
Baca Juga:
Sistem Digital Semakin Andal, PLN Siap Berikan Layanan Maksimal di Idulfitri 1446 H
PLN mencatat pendapatan penjualan tenaga listrik sebesar Rp311,1 triliun pada tahun 2022, atau naik 7,7 persen dari Rp288,9 triliun pada tahun 2021.
Tak hanya mendongkrak pendapatan, lanjut Abra, digitalisasi yang dilakukan PLN di berbagai lini bisnis juga telah menciptakan efisiensi perusahaan, sehingga dapat menekan berbagai pengeluaran dan menyumbang pada keuntungan perusahaan.
"Digitalisasi bisa menekan belanja baik di sisi hulu maupun hilir, seperti menekan biaya pokok produksi (BPP) listrik," tuturnya.