“Sekitar 10 persen dari pembangkit listrik kami sudah diubah menjadi EBT. Bahan bakar biomassanya bisa diproduksi dari sampah atau menanam pohon kaliandra di daerah tandus. Ke depan, pembangkit-pembangkit yang masih pakai batubara atau diesel semuanya akan digantikan dengan EBT. Jadi nilai komersial program ini jelas ada,” ujar Darmawan.
Darmawan menjelaskan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari proyek transisi energi nasional.
Baca Juga:
Polisi Sebut Pemilik dan Pengurus Panti Asuhan Cabul di Tangerang Tak Idap Gangguan Jiwa
Dalam proses tersebut PLN berkomitmen bukan hanya untuk menyediakan energi bersih tapi juga membuka ladang ekonomi baru, yang berbasis kerakyatan.
“Untuk petani kami ada program Electrifying Agriculture, yang mana biayanya jauh lebih murah. Sesuai arahan Presiden, kami juga mengajak untuk bergeser dari kompor gas. Kami siapkan pasokan listrik yang andal. Kalau ada apa-apa, silakan sampaikan lewat PLN Mobile, insyaallah responnya lebih cepat di situ pelayanannya juga lengkap,” tutup Darwmawan.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas menyatakan bahwa kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah ini sangat penting untuk daerah.
Baca Juga:
Tragis, Santri di Aceh Alami Luka Serius Usai Disiram Air Cabai
Karena selama beberapa waktu terakhir ini pihaknya fokus menangani dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dengan kolaborasi pesantren-PLN ini ia berharap ekonomi masyarakat bisa bangkit dengan lebih baik lagi.
“Pandemi covid-19 ternyata berdampak pada tingkat kemiskinan di semua daerah. Dengan bantuan dari pusat dan serta inovasi dari daerah khususnya untuk UMKM perekonomian di Banyuwangi membaik. Arahan dari pemerintah pusat jelas, yakni mendukung pertanian dan pelaku UMKM agar ekonomi masyarakat kuat,” jelas Fiestiandani. [dny]