SARS-CoV-2, kata mereka, merupakan virus berbahaya dan sangat tangguh dengan pembaharuan yang tidak pernah berhenti. Terutama jika dibandingkan virus jenis lainnya.
"Apa yang kami lihat dengan varian SARS-CoV-2, khususnya variant of concern (VoC), adalah mereka telah mengalami lebih banyak mutasi daripada yang dibayangkan," ujar peneliti penyakit menular dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity di Australia, Sebastian Duchene.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Dia menambahkan bahwa biasanya virus cenderung bermutasi dengan kecepatan yang konstan. Selain itu, virus mungkin membutuhkan waktu selama satu tahun atau lebih untuk memunculkan varian virus baru.
Hal ini lah yang tidak terjadi pada virus corona.
"Varian Delta, misalnya, muncul hanya dalam waktu enam minggu dari bentuk aslinya," jelas Duchene.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Kendati demikian, tim peneliti belum sepenuhnya tahu apa yang menyebabkan hal ini. Mereka menyebut bahwa kemunculan varian-varian baru kemungkinan didorong seleksi alam.
Faktor lainnya mencakup infeksi pada populasi yang tidak divaksinasi, sehingga virus bisa menyebar dan berkembang dengan lebih mudah.
Di samping itu, adanya infeksi pada individu tertentu seperti pasien dengan gangguan sistem kekebalan, diduga juga dapat menyebabkan perubahan virus.