WahanaNews-NTB | PT PLN (Persero) mengatur tiga skenario dalam upaya melakukan transisi energi, yang salah satunya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan secara bertahap.
“Untuk mengurangi emisi, PLN membangun skenario transisi energi tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi kami membuka tiga skenario,” kata Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani di Jakarta, Senin.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Skenario pertama terkait dengan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Meski begitu, Kamia mengatakan PLN tidak akan langsung bertransisi dari energi fosil ke EBT secara menyeluruh, melainkan secara bertahan.
Kamia menjelaskan PLN terus memantau perkembangan teknologi yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam upaya bertransisi energi.
Skenario kedua terkait pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). PLN memang berencana menutup PLTU, namun Kamia menggarisbawahi rencana tersebut tidak diterapkan ke seluruh PLTU milik PLN.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Tidak semua PLTU kami pensiunkan. Ada yang kami pertahankan tetapi disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), dan gas,” ujar Kamia.
Ia menambahkan, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) juga tidak akan dipensiunkan seluruhnya, tetapi juga menerapkan co-firing dengan hidrogen.
Kamia juga menyampaikan PLN lebih berfokus pada peralihan dari power generation menuju low carbon power dalam upaya bertransformasi ke energi hijau.