NTB. WahanaNews.co - Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan bahwa produksi hidrogen hijau atau Green Hydrogen Plant di Indonesia diproyeksikan menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di masa depan.
Proyeksi tersebut menyusul diresmikannya 21 unit 'Green Hydrogen Plant' di beberapa wilayah di Indonesia pada 20 November 2023.
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
"Di luar negeri itu sudah banyak kendaraan hidrogen dan di Indonesia ini harus kita mulai. Nah, mulainya dari mana? Dari sinilah pasokan atau ekosistemnya dibangun dari hulu ada Green Hydrogen Plant kemudian nanti di sisi hilirnya akan dibangun pompa (pom) hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS)," ungkap General Manager PT PLN Indonesia Power (IP) Priok Power Generation Unit (PGU), Subawa Putra, saat ditemui di Jakarta, Kamis.
Subawa melanjutkan, untuk perbandingan komersil antara hidrogen, baterai (kendaraan listrik) dan bensin, hidrogen merupakan bahan bakar paling ekonomis.
"Secara komersil, per kilometer yang dihasilkan dari 21 Green Hidrogent Plant adalah Rp355 per kilometer. Sementara hitungan kami dengan EV (electric vehicle) itu sekitar Rp370 per kilometer dan mobil bensin, itu Rp1.600 per kilometer," kata Subawa.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Soroti Ancaman 'Power Wheeling' dalam RUU EBET Prolegnas 2025
Menurutnya, Green Hidrogent Plant adalah energi yang menjanjikan di masa depan.
"Saya kira kedepan, ini adalah salah satu energi yang cukup menjanjikan. Mudah-mudahan pemerintah juga akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pembangunan Green Hidrogent Plant ini untuk transportasi dan untuk sisi pembangkit," kata Subawa.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan segera membagun pom hidrogen untuk kebutuhan transportasi di Senayan, Jakarta.
"Dalam waktu dekat ini, mungkin dalam satu sampai dua bulan ini akan diresmikan. Itu nanti akan menjadi cikal bakal penggunaan hidrogen untuk kebutuhan transportasi," kata Subawa.
Lebih lanjut, kata Subawa, produsen mobil kini tengah menunggu keberadaan pom hidrogen tersebut agar dapat memproduksi mobil hidrogen di Indonesia.
"Produsen mobil itu menunggu adanya pom hidrogen ini. Kalau ini sudah ada, mereka akan mulai memproduksi mobil hidrogen di Indonesia," pungkas Subawa.
Dengan ekosistem transportasi berbahan bakar hidrogen, Subawa menyebut target pemerintah untuk mencapai beban emisi pada 2060 dapat terwujud.
"Sehingga pelan-pelan transisi energi di Indonesia ini akan bisa kita capai sesuai dengan rontok yang sudah dicanangkan oleh pemerintah 2060 net zero emission," kata Subawa menandaskan.[ss]