WahanaNews-NTB | Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan saat ini salah satu tantangan yang harus dijawab oleh seluruh perusahaan dan industri adalah pengurangan emisi karbon.
PLN sebagai BUMN yang menjadi tonggak utama pengurangan emisi, sudah menegaskan komitmennya melalui peta jalan pengurangan emisi di sektor kelistrikan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Komitmen bersama untuk menurunkan emisi global menjadi kunci penting dalam menjaga bumi agar lebih lestari bagi generasi mendatang. PT PLN (Persero) sebagai BUMN di sektor energi, menjadi ujung tombak dalam menurunkan emisi di tanah air.
DJika PLN tak melakukan upaya pengurangan emisi, maka pada 2060 mendatang sektor kelistrikan bisa menyumbang 920 juta emisi karbon.
"PLN tidak akan tinggal diam untuk hal tersebut. Kami sudah melakukan berbagai langkah pengurangan emisi dan akan terus dilakukan sampai mencapai carbon neutral di 2060," ujar Darmawan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Terbaru, kata Darmawan, PLN tengah menjalankan program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 600 megawatt (MW).
Upaya ini dapat menurunkan ketergantungan dari bahan bakar fosil, mengurangi emisi, meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi, dan meningkatkan ketahanan energi sebab memakai energi domestik yang menjadi potensi negara Indonesia.
Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak dan Gas Kementerian BUMN Abdi Mustakim juga mengamini peran penting PLN dalam pengurangan emisi. Dari seluruh BUMN yang ada, PLN menjadi ujung tombak dalam pengurangan emisi nasional.
Abdi menjelaskan PLN setidaknya memiliki dua misi khusus. Pertama, pertumbuhan industri ke depan membutuhkan listrik yang terjangkau dan berasal dari energi bersih. Ini menjadi salah satu dari lima inisiatif Kementerian BUMN dalam pengurangan emisi.
Direktur Jenderal Bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan dalam mendukung langkah PLN mengurangi emisi, pemerintah membuka ruang terbuka untuk mengajak semua pihak bekerja sama dengan PLN. Pemerintah juga berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang stabil dan menarik bagi investor untuk bisa bersama sama PLN mencapai tujuan pengurangan emisi karbon.
Untuk mencapai target Carbon Neutral 2060, PLN telah merumuskan beberapa langkah strategis. Pertama, PLN akan mengembangkan pembangkit EBT sesuai RUPTL 2021-2030, dengan target penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW dan bauran EBT sebesar 24,8 persen pada 2030.
Pada saat bersamaan, PLN juga terus mengoptimalisasi penerapan cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga mencapai kapasitas 1,8 GW. Dari target 52 lokasi tahap implementasi pada 2025, saat ini cofiring biomassa telah diimplementasikan di 28 lokasi.
Terakhir, PLN akan mulai memensiunkan PLTU secara bertahap hingga 2056. Rencananya, 1 GW PLTU subcritical akan mulai dipensiunkan mulai 2030, kemudian 19 GW sub/supercritical pada 2040, dan 23 GW ultra super critical di 2056. Hingga 2060 mendatang PLN diharapkan dapat mencapai carbon neutral sesuai arah kebijakan energi global.
Pada kesempatan yang sama, sebagai komitmen PLN dalam upaya pencapaian Net Zero Emission, PLN menggandeng The Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia dalam pengembangan kajian pengelolaan perubahan iklim. Tak hanya dengan DFAT, dalam peningkatan riset dan sumber daya manusia, PLN juga menggandeng Energy Academy Indonesia (ECADIN).
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan MoU pada peringatan Hari Bumi, 22 April 2022 antara PLN dengan DFAT yang diwakili oleh Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Yusuf Didi Setiarto bersama Tim Stapleton Minister-Counsellor Economic, Investment and Infrastructure DFAT. Sedangkan bersama ECADIN, Yusuf Didi menandatangani MoU dengan Desti Akano, Founder ECADIN. [dny]