Nonik Prianti menambahkan, musim kemarau di Indonesia termasuk Nusa Tenggara Timur pada tahun ini disertai dengan adanya fenomena La Nina, atau kemarau basah.
Suhu muka laut di wilayah Nusa Tenggara Timur masih hangat, sehingga suplai uap air masih cukup banyak dan didukung kelembapan udara dari lapisan atas hingga bawah yang cukup basah.
Baca Juga:
Bengkulu Terancam Hujan Sangat Lebat 11–18 Desember 2025
Hal ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di Nusa Tenggara Timur juga cukup tinggi.
Menurutnya, keberadaan siklon tropis Chaba di Laut Cina Selatan juga turut mempengaruhi kondisi cuaca di Nusa Tenggara Timur, karena menjadi daerah pertemuan dan belokan angin sehingga memberikan dampak pada peningkatan curah hujan.
"Kondisi ini diperkirakan masih dapat berlangsung hingga empat hari ke depan. Kami akan terus memonitor dan segera memperbarui informasi cuaca, jika terjadi perubahan cuaca yang signifikan," tutup Nonik Prianti.
Baca Juga:
Pemprov Banten Imbau Wisatawan Waspada Cuaca Ekstrem Saat Libur Natal Tahun Baru
Sementara banjir kembali melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Malaka, NTT.
Bencana ini dipicu hujan deras yang terjadi sejak kemarin.
Kepala BPBD Kabupaten Malaka Gabriel Seran mengatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat menyebabkan terjadinya genangan air di pemukiman warga.