Nonik Prianti menambahkan, musim kemarau di Indonesia termasuk Nusa Tenggara Timur pada tahun ini disertai dengan adanya fenomena La Nina, atau kemarau basah.
Suhu muka laut di wilayah Nusa Tenggara Timur masih hangat, sehingga suplai uap air masih cukup banyak dan didukung kelembapan udara dari lapisan atas hingga bawah yang cukup basah.
Baca Juga:
Prediksi BMKG: Hujan Ekstrem dan Angin Kencang Hantam Sejumlah Wilayah Saat Libur Panjang
Hal ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di Nusa Tenggara Timur juga cukup tinggi.
Menurutnya, keberadaan siklon tropis Chaba di Laut Cina Selatan juga turut mempengaruhi kondisi cuaca di Nusa Tenggara Timur, karena menjadi daerah pertemuan dan belokan angin sehingga memberikan dampak pada peningkatan curah hujan.
"Kondisi ini diperkirakan masih dapat berlangsung hingga empat hari ke depan. Kami akan terus memonitor dan segera memperbarui informasi cuaca, jika terjadi perubahan cuaca yang signifikan," tutup Nonik Prianti.
Baca Juga:
Cuaca Ekstrem Siap Mengguyur RI, Ini Daftar Wilayah Terancam Banjir dan Longsor
Sementara banjir kembali melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Malaka, NTT.
Bencana ini dipicu hujan deras yang terjadi sejak kemarin.
Kepala BPBD Kabupaten Malaka Gabriel Seran mengatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat menyebabkan terjadinya genangan air di pemukiman warga.