"FIFA memberikan kesempatan kepada Indonesia karena satu-satunya peserta yang presidennya mengirim surat itu adalah Indonesia. Jadi kita ikut bidding dan kita menang, Presiden FIFA sangat menghargai karena Pak Jokowi mengirim surat langsung dan itu menjadi pertimbangan," bebernya.
Menurut Menpora Amali, dengan Indonesia menjadi tuan rumah maka akan berdampak tehadap prestasi dan ekonomi. Dia pun mencontohkan Korea yang pada tahun 2002 menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2022 (tim senior) bersama Jepang prestasinya langsung naik dan ekonominya meningkat luar biasa.
Baca Juga:
Menpora Dito Sebut 2025 Jadi Awal Kemenpora Reform dengan SOTK Baru
"Jadi dampak-dampak yang dihasilkan dari. Kita menjadi tuan rumah itu sangat besar," katanya.
Terkait pembiayaan FIFA World Cup U-20, Menpora Amali menegaskan bahwa FIFA tidak ingin kegiatannya itu dibiayai satu rupiah pun dari Indonesia.
Menurutnya, FIFA memang mengeluarkan anggaran untuk mulai dari urusan pengangkutan bus, hotel, dan lainnya.
Baca Juga:
Grup Musik Vierratale Ramaikan Tutup Tahun 2024 di Kemenpora
Sementara, anggaran yang diajukan Kemenpora dalam penambahan anggaran murni untuk renovasi stadion dan persiapan lainnya.
"Jadi benar semua itu dibiayai (FIFA) tetapi bukan berarti karena semua dibiayai kemudian kita tidak mengeluarkan apa-apa. Tetap ada yang harus kita keluarkan sebagai tuan rumah, kalau FIBA bahkan ada hosting fee dan lain sebagainya," katanya.
Menpora Amali mengatakan, event-event internasional yang Indonesia tuan rumah 2023 tetap akan digelar karena sudah menjadi komitmen pemerintah.