WahanaNews-Mandalika | Beberapa media asing menyoroti kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal larangan ekspor bahan minyak goreng dan minyak goreng.
Kebijakan Jokowi tersebut dibuat setelah harga minyak goreng di Indonesia melambung.
Baca Juga:
Wamen BUMN Sebut PalmCo Akan Menjadi Perusahaan Sawit Terbesar Dunia
Selain itu, mafia minyak goreng pun terungkap.
Reuters menuliskan bahwa konsumen minyak nabati secara global akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain membayar mahal untuk memenuhi kebutuhan.
Jelas kebijakan ini membuat pembeli terkejut dan terpaksa mencari alternatif lain setelah kekurangan pasokan karena cuaca buruk dan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga:
Resmi Merger 13 Perusahaan, PTPN Tetapkan Komisaris dan Direksi Baru
"Keputusan Indonesia tidak hanya memengaruhi ketersediaan minyak sawit, tetapi juga minyak nabati di seluruh dunia," kata James Fry, ketua konsultan komoditas LMC International, mengatakan kepada Reuters.
"Ini terjadi ketika tonase ekspor semua minyak utama lainnya berada di bawah tekanan: minyak kedelai karena kekeringan di Amerika Selatan; minyak lobak karena tanaman kanola yang membawa bencana di Kanada; dan minyak bunga matahari karena perang Rusia di Ukraina," kata Fry.
Indonesia biasanya memasok hampir setengah dari total impor minyak sawit India, sementara Pakistan dan Bangladesh mengimpor hampir 80 persen minyak sawit mereka dari Indonesia.