NTB.WahanaNews.co | Ratusan masyarakat dan simpatisan, antusias berjoget gemoy ala tortor (tari) "Pariban" (Prabowo Gibran) di acara deklarasi Relawan Martabat Prabowo-Gibran, di Gedung Nasional Djauli Manik, Jumat (2/2/2024).
Massa berjoget gemoy ala tortor pariban diiringi arasemen musik Eme Ni Simbolon, dipandu Ketua Bidang Hukum TKN Prabowo-Gibran, Hinca Pandjaitan bersama Ketua Umum DPP Martabat Prabowo-Gibran, KRT. Tohom Purba.
Baca Juga:
DPP Martabat Prabowo-Gibran Ajak Masyarakat dukung Presiden dan Wakil Terpilih Demi Indonesia Maju
Dalam pidatonya, Hinca mendorong penggunaan singkatan "Pariban", sapaan yang cukup hangat dalam budaya suku Batak, sebagai simbol solidaritas bagi pendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Yang paling enak dalam berhubungan baik dengan banyak orang, molo i dok Pariban hu ma ho da (sepupu ku lah kau ya), gak ada lagi kata yang lebih indah karena berteman kalau dibilang Pariban, boi gotilon (bisa di cubit)," ujar Hinca yang juga Ketua Dewan Pembina DPP Relawan Martabat Prabowo Gibran itu.
Adapun pariban, merujuk kepada saudara sepupu. Seorang anak laki-laki akan memanggil "Pariban" kepada anak perempuan dari Tulang (Tulang berarti paman, saudara laki-laki ibu).
Baca Juga:
DPP Martabat Prabowo-Gibran Ajak Masyarakat dukung Presiden dan Wakil Terpilih Demi Indonesia Maju
Sebaliknya seorang anak perempuan akan menyebut 'Pariban' kepada anak laki-laki dari Namboru-nya (Namboru berarti saudara perempuan Ayah).
Hinca juga menguraikan filosofi di balik gambar "Pariban" (Prabowo Gibran) yang terpampang di panggung, mengenakan busana adat Jawa lengkap, termasuk blangkon.
Penjelasannya merujuk pada latar belakang Ketua Umum DPP Relawan Martabat KRT Tohom Purba, yang memperoleh gelar KRT dari Keraton Surakarta.