WahanaNews-NTB | Gede Pasek Suardika (GPS) jadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) usai keluar dari Partai Hanura. Sebelumnya, Gede Pasek adalah kader partai Demokrat.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menghormati Gede Pasek berlabuh ke partai barunya. Ia yakin pilihan tersebut sudah dihitung secara matang.
Baca Juga:
Karier Impian Menanti! OJK Buka Lowongan untuk Lulusan D3 hingga S3
"Kami menghargai dan menghormati keputusan Bli Gede Pasek yang meninggalkan posisi sebagai Sekjen di Partai Hanura kemudian bergabung dan didaulat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara. Pilihan ini tentunya telah dipertimbangkan dan dikalkulasi secara matang," katanya lewat pesan tertulis, Minggu (31/10).
Kamhar mengungkapkan, selain cerdas dan berintegritas, Pasek adalah sahabat yang loyal. Kata dia, pindah partai politik adalah pilihan yang sah dan legal ketika memilih berjuang dan mengabdi melalui jalan politik, apalagi mendirikan partai politik baru.
"Itu pilihan jalan yang terhormat. Kami respek dengan politisi-politisi seperti ini. Bukan mengambil jalan pintas untuk 'membegal' Parpol lain sebagai mana dilakukan KSP Moeldoko dan kaki tangannya yang memilih jalan pintas dengan cara-cara yang ilegal dan melawan hukum," tuturnya.
Baca Juga:
Serangan Siber Intai Konsumen, 100 Ribu Data Pelanggan E-Commerce Jepang Dicuri
Menurutnya, KSP Moeldoko mestinya belajar banyak ke Pasek yang pernah berada pada naungan partai yang sama. Yaitu Partai Hanura agar menempuh cara-cara yang kesatria, terhormat, dan bermartabat ketika masuk ke dunia politik.
"Bukan malah sebaliknya, mempertontonkan arogansi dan melabrak semua aturan dan kepatutan. Itu gaya politik feodal yang yang kontra produktif dengan demokrasi," tandas Kamhar.
Gede Pasek Suardika (GPS) menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) setelah keluar dari Partai Hanura. Salah satu inisiator PKN, Sri Mulyono, membenarkan informasi ini.
"Sebenarnya begitu mendengar seringnya ide dan gagasan politiknya dihambat sehingga tidak bisa maksimal, kami sudah meminta GPS untuk keluar saja dan merintis dari nol dan lebih sehat," kata Sri Mulyono dalam keterangan pers, Sabtu(30/10).
Sri Mulyono menjelaskan kegundahan Gede yang enggan meninggalkan Hanura sebab memiliki jalinan erat dengan banyak kader daerah. Walaupun begitu, Sri Mulyono pun merayu Gede, sebab pemikirannya yang mumpuni di bidang politik harus diberikan ruang berkreativitas.
Dengan pertimbangan kalkulasi waktu dan kesiapan untuk penataan partai, kata Sri Mulyono, GPS bersedia.
"Begitu bersedia, GPS meminta ide gagasan politik kebangsaan yang diimpikan bisa dijadikan tulang punggung perjuangan, maka lahirlah Partai Kebangkitan Nusantara," bebernya.
Dengan gerak cepat, para aktivis dan mantan anggota DPR berkumpul menyiapkan prosesnya. Kini, partai yang dibangun dengan mengusung gotong-royong dan berdikari itu langsung menyelesaikan struktur pusat dan mulai menyiapkan embrio di daerah. Bahkan sekretariat partai juga memilih home base di kawasan Menteng Jakarta.
"Saya yang gembira bisa bersama GPS bangun partai. Banyak teman eks Demokrat, Hanura serta para aktivis PPI dan alumni Cipayung plus yang sudah tahu kapasitasnya langsung meminta bergabung. Apalagi integritas politiknya tidak bisa diragukan lagi," kata mantan anggota DPR RI, Mirwan Amir.
Mirwan yang akrab dipanggil Ucok ini juga mengatakan konsep dan gagasan politik kebangsaan GPS sangat pas dengan kebutuhan bangsa ini.
"Internalisasi dan penguatan Wawasan Nusantara menjadi bagian penting dari perjuangan politik PKN. Dia kuat banget konsep dan visi kebangsaan. Bahkan program perjuangan partai pun sudah diselesaikan GPS,. Gercep (gerak cepat) banget," kata Mirwan Amir yang didapuk sebagai Bendahara Umum PKN.
Mirwan menjelaskan, susunan kepengurusan di 34 provinsi sudah selesai pada Desember ini. Selanjutnya, mereka akan membentuk pengurus di tingkat kabupaten kota.
"Kami senang semangat gotong-royong dan berdikari sebagai landasan perjuangan PKN dengan cepat tumbuh pesat dan dipahami," pungkasnya. [non]