WahanaNews-NTB | Buat Sobat Pesona yang belum tahu, Desa Maria terletak di Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjarak kurang lebih 40 kilometer atau sekitar 1 jam perjalanan dari Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin di Bima. Desa Maria wajib masuk dalam daftar kunjungan karena kekayaan budaya asli Suku Mbojo di Bima yang sangat mencerminkan keberagaman #DiIndonesiaAja.
Cari tahu yuk Sobat Pesona apa saja yang bisa kita temukan di Desa Maria melalui rangkaian jelajah desa wisata #DiIndonesiaAja, SPADA (Spesial dari Desa Wisata) kali ini!
Baca Juga:
Jimmy Panjaitan : Peran Media Salah satu pendukung kemajuan Pariwisata
1. Mengintip sisi unik dan autentiknya rumah adat Suku Mbojo, Uma Lengge dan Jompa
Jika di Bali ada jineng dan di Baduy ada leuit, maka di Bima, tepatnya di Desa Maria, ada uma lengge dan jompa sebagai cagar budaya yang memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian masyarakat di Desa Maria. Bentuk bangunan uma lengge sangatlah unik, yaitu menyerupai gazebo dengan atap tinggi yang terbuat dari rumput alang-alang. Umumnya, uma lengge berukuran 2x2 meter dengan tinggi 5 meter. Sedangkan, jompa berbentuk seperti rumah panggung tinggi beratapkan genteng.
Di Desa Maria, terdapat sekitar 13 uma lengge dan 103 jompa milik rakyat yang sudah diwariskan secara turun temurun sejak zaman kolonial. Selain menjadi salah satu ikon budaya di Desa Maria, uma lengge juga menjadi simbol ketahanan pangan masyarakat Bima, lho.Pasalnya, hasil panen yang disimpan di uma lengge bisa bertahan hingga satu tahun.
Baca Juga:
Wisatawan Indonesia Meningkat Tajam, 731 Ribu Perjalanan ke Luar Negeri di Oktober 2024
2. Melihat proses pembuatan kain tenun khas Bima, tembe nggoli sekaligus merasakan sensasi seru membuatnya
Kalau Sumatra Utara punya kain ulos, Bima punya kain tenun khas yang bernama tembe nggoli atau biasa juga disebut sarung nggoli. Terbuat dari benang kapas atau katun, tembe nggoli punya ragam warna yang cerah dan bermotif khas. Dari teksturnya, tembe nggoli berbahan halus dan tidak mudah sobek. Uniknya, tembe nggoli akan hangat bila dipakai saat cuaca dingin dan terasa dingin jika dipakai saat cuaca panas.
Untuk menghasilkan satu buah sarung nggoli, pengrajin rata-rata membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Nah, di Desa Maria ini, selain bisa melihat proses pembuatannya, kamu juga bisa merasakan sensasi menenun langsung tembe nggoli menggunakan alat tenun tradisional didampingi oleh para pengrajinnya. Masa nggak tertarik sih, Sobat Pesona!
3. Berburu foto instagenic di uma lengge dengan menggunakan pakaian adat khas Bima
Untuk urusan foto instagrammable, Sobat Pesona jangan sampai melewatkan itinerary yang satu ini! Di kawasan yang sama, yaitu Cagar Budaya uma Lengge, Sobat Pesona bisa berburu foto instagenic dengan berpakaian layaknya masyarakat Bima. Nah, cara berpakaian kaum wanita di Bima ini disebut dengan rimpu. Biasanya, rimpu terdiri dari dua lembar sarung nggoli yang dipakaikan sebagai atasan dan bawahan.
Ada yang unik dari cara pemakaian rimpu ini lho Sobat Pesona, bagi yang belum menikah, model Rimpu yang digunakan adalah berbentuk seperti cadar dan hanya memperlihatkan bagian mata, sedangkan bagi yang sudah menikah diperbolehkan menggunakan Rimpu dengan memperlihatkan seluruh wajah. Unik banget, kan? [dny]