WahanaNews-NTB | Indonesia dipastikan memiliki tambang emas dan tembaga baru kelas dunia yang berlokasi di Onto, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Potensi tersebut terungkap berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah perusahaan tambang PT Sumbawa Timur Mining.
Baca Juga:
BPBD Kabupaten Solok Konfirmasi 15 Orang Tewas Akibat Longsor Eks Tambang Emas
Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual beberapa waktu lalu, Presiden Direktur PT Sumbawa Timur Mining (STM) Bede Evans menjelaskan, potensi sumber-emas Onto di Nusa Tenggara Barat itu sebesar 1,1 miliar ton, terdiri dari tembaga, emas, sumber daya mineral Tereka dan lainnya.
Perkiraan potensi sumber daya mineral itu mengalami peningkatan 20 persen atau 0,4 miliar ton dari hasil penelitian yang diumumkan pada Desember 2019.
Disebutkan bahwa potensi sumber daya mineral Onto itu merupakan bagian dari proyek Hu'u milik STM, pemegang kontrak karya generasi ke-7 yang ditandatangani pemerintah Indonesia pada 19 Februari 1998.
Baca Juga:
Sebongkah Harapan Gadis Yatim Piatu Melihat Kembali Indahnya Dunia
Sementara pemegang saham STM mayoritas dimiliki oleh Vale S.A melalui Esatern Star Resources Pty Ltd sebanyak 80 persen dan PT Antam Tbk 20 persen.
"Perkiraan potensi sumber daya mineral terbaru ini memperkuat keyakinan kami bahwa sumber daya mineral Onto memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah operasi pertambangan tembaga kelas dunia," jela Evans.
Evans menjelaskan, perkiraan potensi sumber daya mineral ini merupakan hasil dari pengeboran 74 lubang dengan total kedalaman 74.130 meter.
Rencananya, pengeboran dilanjutkan pada 2022 untuk mendukung studi lebih lanjut guna menentukan ukuran, luas dan karakteristik potensi sumber daya mineral Onto.
Selain itu, pengeboran lanjutan ini juga untuk memberikan data lebih lengkap untuk digunakan dalam berbagai studi teknik Proyek Hu'u.
Hingga saat ini, secara total, STM telah menyelesaikan 108 lubang bor (total kedalaman 115.591 meter) di dalam embali KK (di Onto dan prospek lain) sejak eksplorasi dimulai pada tahun 2010
Ketika ditanya soal potensi pendapatan yang dihasilkan STM serta kontribusi kepada pemerintah Indonesia, Evans mengatakan sampai saat ini belum bisa dipastikan.
"Saat ini kami melakukan berbagai studi engineering, sepertinya belum bisa kami proyeksikan tentang pendapatan. Karena masih terlalu jauh. Produksi baru dimulai pada 2023-2025," kata Evans.
Evans mengatakan, meski merasa gembira dengan potensi sumber daya mineral ini, namun pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, seperti mempelajari berbagai faktor teknis, lingkungan, sosial dan finansial yang merupakan bagian dari studi kelayakan yang saat ini sedang dikerjakan.
"Utamanya, kami berharap bahwa tahapan studi kelayakan yang sedang dilakukan akan menentukan operasi penambangan yang layak secara teknis dan ekonomis, serta STM dapat mengembangkannya lebih lanjut," kata Evans. [dny]