WahanaNews-NTB | Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, membeberkan langkah pendeteksian dini varian baru Covid-19 Omicron (B.1.1.529) di Indonesia melalui metode “S-Gene Target Failure” (SGTF).
Hal ini diungkapkan Budi saat menjadi pembicara dalam Ganesha Policy Podcast Ep.1: "BGS, Kapan Covid-19 Berakhir?" yang diikuti dari YouTube Ikatan Alumni ITB di Jakarta, Rabu (1/12/2021).
Baca Juga:
RSCM Jakarta Catat Seejarah, Sukses Operasi Pasien Pakai Teknologi Robotik
"Omicron ini salah satu mutasinya di S spike (mahkota virus) itu bisa diidentifikasi oleh PCR. Ada metode namanya SGTF sehingga kalau kita pakai reagen PCR, dia tidak terdeteksi atau istilahnya target failure, tapi gene yang lainnya positif, itu kemungkinan besar Omicron," kata Budi.
Budi mengatakan, Kemenkes telah mengaktifkan 12 laboratorium tes PCR di setiap perbatasan negara, baik itu darat, laut maupun udara, untuk mengecek sampel virus dari pelaku perjalanan yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Metode yang digunakan petugas laboratorium dalam meneliti pengurutan genom atau genom sekuensing dari varian Omicron difokuskan pada SGTF. Menurut Budi, metode yang sama juga diterapkan di 1.800 laboratorium Kementerian Kesehatan.
Baca Juga:
Kasus Bullying PPDS, Menkes Minta Semua Fakultas Kedokteran Investigasi
"Saya kemarin sudah video conference dengan semua (petugas) laboratorium termasuk, laboratorium kesehatan daerah, strategi testingnya kita perbaiki, kita perkaya dengan namanya metode SGTF ini," katanya.
Dalam kesempatan itu, Budi mengarahkan agar pengurutan genom tidak dilakukan secara menyeluruh atau whole genome sequencing (WGS) sebab bisa memperpanjang proses penyelesaian.
"WGS itu nanti jadi panjang, ada 30.000 basa atau virus gene yang kita harus urutkan. Kita ambilnya yang mahkota virusnya saja, itu bisa turun dari 30.000 ke 3.000 atau 5.000 sekuens dari basanya sehingga kita bisa lebih cepat," katanya.
Upaya mempercepat proses penelitian genom sekuensing juga dilakukan Kemenkes dengan menambah 11 unit mesin genom sekuensing untuk didistribusikan di laboratorium di luar Pulau Jawa.
Budi optimistis penambahan mesin tersebut bisa memangkas waktu penyelesaian pengurutan genom di Indonesia.
"Saat ini 12 mesin hanya ada di Jawa dan Sulawesi Selatan. Saya akan kasih dua di Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua dan Maluku," katanya.
"Sekarang kita pastikan bahwa genom sekuensing di 12 laboratorium ini kita percepat waktu prosesnya, yang tadi dua pekan, kita akan tekan ke lima hari, kalau bisa tiga hari," katanya. [dny]