WahanaNews-NTB | Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan IV 2021 akan ada di posisi 5,01-5,81% (year on year/yoy). Salah satu pemicunya ajang World Superbike (WSBK) yang digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok.
"Gelaran WSBK pada 19-21 November 2021 akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena multiefek ekonomi dari event besar internasional tersebut, baik di sektor pariwisata, transportasi hingga pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," kata kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Heru Saptaji, di Mataram, NTB, Minggu (14/11/2021).
Baca Juga:
Capaian Kolaborasi Kendalikan Inflasi Pangan di Papua Barat Daya Tahun 2024, Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat Gelar Torang Locavore
Ia mengatakan faktor lain adalah inflasi terkendali serta stabilitas sistem keuangan terjaga. Selain itu, membaiknya pengendalian Covid-19 melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan progres vaksinasi yang agresif. Hal itu dibuktikan dengan capaian vaksinasi dosis pertama sebesar 61,95% dan dosis kedua sebesar 27,42%. "Bahkan, dosis pertama di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Tengah berada di kisaran 70%-96%," ujarnya.
Heru menambahkan tren positif pertumbuhan ekonomi NTB tercermin dari pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) sejak triwulan II 2021 sebesar 4,76% dan triwulan III 2021 dan 2,42% (yoy). Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I 2021 yang masih mengalami kontraksi sebesar minus 1,13% (yoy). "Pada triwulan III 2021, ekonomi NTB tetap tumbuh positif, namun sedikit melambat akibat pemberlakuan PPKM di tengah maraknya varian delta," ujarnya.
Menurut dia, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang bagus pada triwulan IV 2021, semua pihak harus mengawal program vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan guna mengendalikan penyebaran Covid-19.
Baca Juga:
Bank Indonesia Kaltim: Pembangunan IKN Berdampak Positif pada Perekonomian Daerah
Selain itu, Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB bersama pemerintah daerah dan instansi vertikal terkait terus berupaya mengembangkan pasar ekspor komoditas nontambang di wilayah NTB. "Komoditas ekspor nontambang bisa menjadi mesin baru penggerak pertumbuhan ekonomi daerah," ucapnya pula.
Pada triwulan IV 2021, Heru memperkirakan aktivitas penjualan komoditas ekspor nontambang NTB akan mengalami kenaikan seiring teratasinya kendala mobilitas dan ketersediaan kontainer yang menyebabkan penurunan nilai penjualan pada triwulan-triwulan sebelumnya.
"Pendampingan dan pembinaan end-to-end process kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk komoditas ekspor nontambang menjadi sangat esensial untuk menghasilkan produk nontambang yang berkualitas ekspor," katanya. [dny]