WahanaNews-NTB | Ketua MPR Bambang Soesatyo atau akrab disapa Bamsoet mengapresiasi upaya keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur dengan nama IKN Nusantara.
Menurut Bamsoet, Jokowi tengah mewujudkan cita-cita besar tiga presiden soal pemindahan IKN, yakni Soekarno, Soeharto, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca Juga:
Ketua DPD Martabat Prabowo-Gibran Sumatera Utara Tenno Purba Ucapkan Selamat Atas Pelantikan Presiden Dan Wapres RI
“Pak Jokowi sedang berupaya mewujudkan cita-cita besar tiga presiden terdahulu, yakni Presiden Soekarno, Presiden Soeharto dan Presiden SBY,” ujar Bamsoet saat membuka diskusi virtual Kosadata bertajuk “Merancang IKN jadi Smart Forest City”, Kamis (3/3/2022).
Dia memerinci pada 1957, Soekarno berkeinginan memindahkan IKN ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kemudian, Soeharto berencana memindahkan IKN ke Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 1997.
“Pada tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan opsi pemindahan Ibu Kota Negara baru,” kata Bamsoet.
Baca Juga:
Ketua DPD Martabat Prabowo-Gibran Sumut Tenno Purba Ucapkan Selamat Atas Pelantikan Presiden dan Wapres RI
Saat ini, Bamsoet menyatakan pemerintahan Jokowi telah membuat konsep perencanaan pembangunan IKN Nusantara yang berbasiskan pada area hijau dan hutan sekitar 70 persen dari luas total wilayah.
Kemudian, 80 persen penggunaan transportasi publik juga didukung energi hijau dalam IKN Nusantara.
“Spirit IKN Nusantara adalah representasi masyarakat Indonesia yang berkembang dinamis, cepat dan modern dengan tujuan masa depan bersama. IKN Nusantara juga menggambarkan masyarakat yang berpikir jauh ke depan memanfaatkan teknologi yang efisien dan nyaman serta meneruskan warisan budaya Indonesia,” ujarnya.
Bamsoet mengatakan Jokowi sudah menyebutkan tiga visi utama dalam pembangunan IKN. Pertama, kota berkelanjutan di dunia yang aman dan terjangkau, selaras dengan alam, terhubung aktif dan mudah diakses, sirkuler dan tangguh, serta pembangunan yang rendah karbon.
Kedua, penggerak ekonomi Indonesia di masa depan. Ketiga, menjadi simbol identitas nasional.
“Ketiga visi utama itu menggambarkan tentang tingginya spirit dan upaya ikhtiar. Mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan pembangunan, hingga pemanfaatan fungsi-fungsi IKN Nusantara yang dimaksudkan agar dapat menjadi lompatan besar kemajuan bangsa, serta tetap memperhatikan aspek lingkungan dan pelestarian yang berkelanjutan,” ungkap Bamsoet.
Bamsoet mengungkapkan pelaksanaan pembangunan nasional merupakan amanat konstitusi. Karena itu, dia meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia, unsur TNI-Polri, akademisi, serta para penyelenggara negara dapat bersatu padu, bersinergi dan memberikan dukungan dalam pembangunan IKN Nusantara.
“Harapannya pembangunan IKN Nusantara dapat berjalan lancar dan tepat waktu, hal itu tidak lain adalah untuk Indonesia, untuk anak-anak generasi bangsa Indonesia masa depan,” imbuhnya.
Dalam diskusi tersebut, Guru Besar Nanyang Technological University (NTU) Singapura Sulfikar Amir mengingatkan tantangan besar dalam pembangunan IKN Nusantara. Pasalnya, Indonesia sendiri belum memiliki pengalaman dalam membangun sebuah kota dari tanah kosong
“Selama Indonesia merdeka, kita belum pernah punya pengalaman membangun sebuah kota yang benar-benar from scratch atau dari awal."
"Dari tanah kosong, lalu kemudian membangun sebuah perkotaan yang begitu kompleks yang kemudian bisa berkembang menjadi suatu sistem urban yang dinamis dan berkelanjutan,” kata Sulfikar.
Oleh karena itu, menurut Sulfikar, pemerintah Indonesia perlu teliti, cermat dan bijaksana dalam pembangunan IKN Nusantara.
Ditambah lagi ketika pemerintah tengah melakukan upaya pembangunan dengan skala besar yang melibatkan dana besar dan dilakukan dengan jangka panjang.
“Karena itu kita harus hati-hati dan banyak hal yang bisa kita pelajari, tidak hanya dari apa yang pernah kita lakukan, tetapi apa yang dilakukan negara-negara lain."
"Kita harus bisa objektif untuk melihat permasalahan-permasalahan, tanpa harus mencoba menutupi persoalan itu, karena mungkin kita memang pernah mau terbuka untuk menyatakan bahwa proyek yang dikerjakan itu belum dilakukan dengan baik,” ucap Sulfikar. [dny]