WahanaNews-NTB | Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka kematian tinggi di berbagai negara termasuk Indonesia.
Menurut data International Agency for Research on Cancer (IARC), pada tahun 2040, diperkirakan akan ada sekitar 29,5 juta kasus baru dan 16,3 juta kematian akibat penyakit kanker di dunia.
Baca Juga:
Cinta Ramlan Mati Suri: 3 Jam Tanpa Tanda Kehidupan hingga Bertemu Cahaya
"Kalau dilihat dari grafiknya per tahun, mulai dari 2008 sampai perkiraan tahun 2040 memang terus meningkat, baik kasus barunya maupun kasus kematiannya," tutur dr Elvieda Sariwati, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), pada Temu Media Hari Kanker Sedunia tahun 2022 dengan tema "Close The Care Gap", kemarin.
"Kanker di Indonesia paling banyak penderita kanker itu pada kanker payudara dan kanker leher rahim. Kanker payudara tercatat tahun 2020, ada 65.800-an. Kemudian kanker leher rahim ada 34.700-an," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS.
Bahkan, sekitar 70 persen angka kematian kanker terjadi pada negara berkembang atau low middle income (LMICs), salah satunya di Indonesia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, salah satu kanker yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah kanker payudara.
Baca Juga:
Penelitian Ungkap Generasi X dan Milenial Berisiko Tinggi Alami Kanker
Meski sangat mengkhawatirkan, kanker payudara masih bisa dicegah dengan menghindari sejumlah faktor penyebab yang bisa meningkatkan risiko kanker ini. Lantas apa saja faktor risiko yang bisa memicu kanker payudara?
Menurut dr Elvieda, kanker payudara bisa disebabkan oleh faktor genetik, hormonal atau terlalu cepat mendapatkan haid pertama, melahirkan anak pertama di usia tua, tidak menyusui, menggunakan kontrasepsi hormonal, rokok (perokok aktif maupun pasif), konsumsi makanan berlemak dan alkohol yang berlebih, serta stres.
"Penyebab kanker itu memang bermacam-macam ya. Salah satunya adalah faktor genetik, ini sangat berpengaruh. Namun ada juga faktor lain misalnya untuk kanker payudara, faktor risikonya itu adalah haid pertama (hormonal). Dari sisi hormonnya, itu bisa dilihat juga dari kapan pertama mendapat haid. Jadi mungkin haidnya lebih muda, di usia 12 tahun sudah haid. Kemudian tidak menikah, mungkin menikah tapi tidak punya anak. Kemudian melahirkan anak pada usia yang sudah agak tua (umurnya) misalnya usianya 30 tahun. Kemudian tidak menyusui, makanya kita sangat menganjurkan kalau melahirkan itu untuk menyusui karena berguna untuk mengurangi risiko kanker payudara," ucap dr Elvieda.