WahanaNews-Mandalika | Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatra Selatan R. Erwin Soeriadimadja mengungkapkan, digitalisasi pertanian efektif menekan potensi kegagalan panen.
"Bisa saya katakan bahkan tingkat keberhasilan petani yang menerapkan digitalisasi farming (pertanian) mencapai 100 persen," kata Erwin di Palembang, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Banjir Rob Parah di Labuhanbatu Utara: Ribuan Rumah dan Lahan Terendam
Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan capaian yang diraih petani binaan Bank Indonesia yang membuat klaster bawang merah dan cabai merah di Science Techno Park Kabupaten Ogan Ilir belum lama ini.
Petani binaan dengan menggunakan aplikasi di telepon seluler dapat mengetahui saat yang tepat untuk menyiram dan memberikan pupuk sehingga potensi kegagalan panen dapat ditekan.
Digitalisasi pertanian ini yakni penggunaan alat sensor tanah dan cuaca, monitoring pemupukan dan pengairan melalui telepon seluler dan monitoring lahan menggunakan kamera pengawas (cctv).
Baca Juga:
Jokowi Beri Ganti Rugi hingga Rp 200 Juta pada Petani Gagal Panen
Berkat upaya ini petani bawang merah pada Februari lalu dapat memanen total 10 ton dari sebelumnya hanya tujuh ton.
Sejauh ini, Bank Indonesia telah menjalankan proyek percontohan pertanian bawang merah, cabai merah dan telur ayam ini bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sumsel dan UPTD STP Kabupaten Ogan Ilir.
Ke depan, BI menargetkan kegiatan di STP Ogan Ilir ini dapat ditiru oleh kabupaten/kota lain di Sumsel untuk mendorong masuknya digitalisasi di sektor pertanian.
Menurutnya, digitalisasi pertanian ini sangat penting karena bukan hanya untuk aspek distribusi dan pemasaran tapi juga untuk kegiatan pra produksi, proses produksi, panen hingga pascapanen.
Dengan begitu, produksi pertanian Sumsel akan meningkat dan mencegah terjadinya kegagalan panen.
Bagi BI, kegiatan ini tak lain bermuara pada upaya mengendalikan inflasi daerah. Sejak lima tahun terakhir, tiga komoditas yakni bawang merah, cabai merah dan telur ayam ras selalu menjadi penyumbang inflasi di Sumsel sehingga BI membuat proyek percontohan pengembangannya di STP Ogan Ilir ini.
"Kami berharap dengan penerapan digital farming ini dapat mendongkrak produksi pertanian khususnya bawang dan cabai sehingga dapat membantu stabilitas harga dan produksi di Sumsel," kata Erwin. [dny]